TERKIKISNYA “SOFT SKILL OF INDONESIAN”
Mencoba
kembali mengingat ketika Bapak Arwani menyampaikan sebuah realitas kehidupan
saat soft skill telah mulai memudar,budaya
ramah tamah yang merupakan ciri dari bangsa indonesia perlahan mulai menghilang
dan terkikis dari kepribadian generasi penerus bangsa indonesia.
Seperti
halnya yang disampaikan oleh Bapak arwani beberapa waktu lalu, saat kumpulan
mahasiswa di kampus XXX yang berorasi didepan kantor Rektor
untuk berunjuk rasa demi mencapai sebuah kesepakatan, menyebutkan Rektor dengan
hanya menyebut Nama tanpa dengan sebutan “Bapak atau Mister” sebagai wujud dari generasi bangsa, pantaskah ini ditiru? Ini
adalah sebuah penyimpangan dari keunggulan Bangsa Indonesia yang terkenal
dengan perilaku kesopanan dan saling menghargai tanpa adanya diskriminasi baik
dari pihak yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Dimanakah manusia yang
bermoral saat ini?
Menghormati
yang lebih tua adalah sebuah kewajiban dan menyayangi yang lebih muda adalah
sebuah keharusan. Berkaca pada diri sendiri sebelum menghakimi bahkan
merendahkan orang lain, terlebih untuk orang yang lebih tua. Memahami gaya
berkomunikasi yang baik dan benar, menyesuaikan siapa orangyang akan diajak
bicara, terutama terhadap orang yang lebih tua haruslah bersikap lebih sopan. Jangan
pernah menghardik seolah-olah kita benar dan orang lain salah karena cara
penyampaian kata per kata dalam mengungkapkan ketidakpuasan akan mempengaruhi
cara pandang orang lain terhadap kepribadian kita sendiri.
Maraknya
generasi muda indonesia yang lebih suka mengadopsi budaya barat dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah kekeliruan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya soft
skill yang telah ditanamkan sejak kecil. Demi mempertahankan budaya kita
yang terkenal ramah dan sopan, sudah seharusnya menggunakan panggilan khusus
untuk orang yang lebih tua maupun yang lebih muda sebagai wujud apresiasi dan
penghormatan dibandingkan hanya dengan memanggil Nama Terang atau sebutan
“Kamu” untuk memerintahkan atau meminta tolong kepada orang lain.
Dimana soft skill yang
membumi di tanah Pertiwi ini?
Keramahan tanpa kasta, jiwa
raga hidup dalam peti tiada peduli.
Di
luar negeri, sudah banyak negara-negara yang telah menyadari betapa pentingnya soft skill untuk sebuah kenyamanan dan
kepuasan pelayanan yang diberikan kepadacostumers.
Dibandingkan dengan hard skill, soft
skill lebih diutamakan karena dapat menjadi tolak ukur seberapa jauh
seseorang dapat memahami dan diterima dalam ruang lingkup sosial, masyarakat
dan pekerjaan. Tidak peduli apakah seseorang itu memiliki GPA (Grade Point Average) yang hampir
meyentuh angka 4.00, soft skill juga
ikut berpengaruh untuk menentukan diterima atau tidaknya seseorang dalam
mencari sebuah pekerjaan. Orang lain akan melihat perbedaan lulusan dari
kepribadian, baik berupa cara berjalan, sikap, attitude yang baik, cerdas secara emosi dan memiliki perhatian
terhadap sesama manusia.